Akulturasi Budaya Islam dan Kejawen, Dusun Sendangwuni Bonagung Tanon Sragen Gelar Tradisi Ritual "Dekahan Deso" Atau Bersih Desa

Akulturasi Budaya Islam dan Kejawen, Dusun Sendangwuni Bonagung Tanon Sragen Gelar Tradisi Ritual "Dekahan Deso" Atau Bersih Desa
 
SOLO RAYA
Rabu, 02 Ags 2023  18:52

SRAGEN - Masyarakat Jawa pada umumnya tidak akan bisa lepas dari budaya dan tradisi leluhur yang sudah mendarah daging di tubuh. Terlepas dari apa keyakinan yang dianut, Islam, Hindu ataupun Budha, keyakinan masyarakat akan keberadaan leluhur sudah diakui. Hal itu merujuk pada keyakinan animisme dan dinamisme yang sudah dianut masyarakat jauh sebelum agama mulai masuk ke pulau Jawa.

Karena kuatnya keyakinan masyarakat dengan adanya leluhur atau penjaga bumi, membuat keyakinan atau agama baru yang hendak masuk tak bisa leluasa disebarluaskan. Bagi masyarakat Jawa, keyakinan yang mereka anut adalah keyakinan yang benar. Saat mereka memberikan sesaji atau penghormatan kepada leluhur tak lain merupakan hubungan timbal balik, dimana leluhur juga telah menjaga mereka dari marabahaya.

Jaro Ade

Bagi masyarakat Jawa, istilah ritual Dekahan tentunya sudah tak asing lagi. Ritual Dekahan sendiri merupakan wujud kebudayaan yang hingga kini dilestarikan secara turun temurun. Secara prosesi, sebenarnya ritual Dekahan tidak berbeda jauh dengan ritual-ritual Jawa lainnya seperti Suranan, Muludan dan Syawalan.

Sebagai contoh apa yang menjadi tradisi di Desa Sendangwuni RT 15 Kelurahan Bonagung Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Kegiatan ritual syukuran dengan melibatkan warga satu dukuh ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur, karena kehidupan kurun setahun sebelumnya diberikan banyak rejeki dan kesehatan dari Sang Pencipta. Salah satunya adalah nikmat panen hasil pertanian selama setahun ini. 

Ika Mustika

Hasil dari akulturasi budaya dan agama itupun terjadi hingga melahirkan tradisi di Desa Sendangwuni yang bisa dinikmati hingga sekarang. Bahkan, beberapa tradisi sengaja dilestarikan dengan cara menggelar ritual adat secara rutin pada tanggal atau bulan-bulan tertentu. Selain merupakan bentuk warisan sejarah, tradisi adat juga dilakukan sebagai wujud syukur. 

Baca juga: Dinamika Seputar BBM Subsidi di Sragen Jawa Tengah, Berbagai SPBU Kian Santer Menuai Sorotan. Mencuat Istilah Mafia Vs Oknum Wartawan

Menurut Sukimin (70) selaku sesepuh Desa yang mengimami esensi ritual juga menyampaikan, Dekahan Desa dituangkan dengan memanjatkan doa kepada Tuhan agar diberi keselamatan dan kesejahteraan. Dimana, ritual ni merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang yang patut dilestarikan.

Ritual Dekahan ini bertempat dilokasi sumur tua akrab disebut Sumur Kawak atau Sendang Wuni, hal tersebut secara umum sudah menjadi kegiatan rutin bagi masyarakat setempat. Menurutnya, ritual ini merupakan salah satu jalan serta digunakan sebagai simbol penghormatan terhadap bumi yang telah memberikan sumber kehidupan kepada manusia.

Baca juga: Pendidikan di Sragen Dikeluhkan, Sekolahan dan Para Guru di Larang Jadi Perantara Pembelian Buku Paket

"Syukuran sedekah bumi atau dekahan desa ini rutin di selenggarakan setiap tahun sekali setelah panen padi. Tempatnya ya di area sendang ini sejak leluhur-leluhur dulu. Soal adanya sumur sejak ada dari dulu, bisa juga dari jaman para wali," ungkap Sukimin, Rabu (2/8/2023). 

Hal:
1
2
3
Berikutnya
TAG:
Dekahan
Tradisi
Sendangwuni
Tanon
Sragen
Berita Terkait
Selengkapnya