Politik Dinasti, Isu yang Tidak Penting bagi Masyarakat Indonesia
Oleh: Muhammad Safei (Ketua Bid. Media dan Informasi Pernusa/Staf Ahli Lembaga Aliansi Indonesia)
Isu politik dinasti kembali mencuat saat putera sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, maju menjadi cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Apa sih politik dinasti itu?
Politik dinasti adalah fenomena politik munculnya calon dari lingkungan keluarga kepala pemerintahan yang sedang berkuasa. Dinasti politik yang dalam bahasa sederhana dapat diartikan sebagai sebuah rezim kekuasaan politik atau aktor politik yang dijalankan secara turun-temurun atau dilakukan oleh salah keluarga ataupun kerabat dekat. Rezim politik ini terbentuk dikarenakan concern yang sangat tinggi antara anggota keluarga terhadap perpolitikan dan biasanya orientasi dinasti politik ini adalah kekuasaan.
Tren politik kekerabatan itu sebagai gejala neopatrimonialistik. Benihnya sudah lama berakar secara tradisional. Yakni berupa sistem patrimonial, yang mengutamakan regenerasi politik berdasarkan ikatan genealogis, ketimbang merit system, dalam menimbang prestasi.
Advertisement
Kini disebut neopatrimonial, karena ada unsur patrimonial lama, tapi dengan strategi baru. Jika dulu pewarisan ditunjuk langsung, sekarang lewat jalur politik prosedural. Anak atau keluarga para elite masuk institusi yang disiapkan, yaitu partai politik. Oleh karena itu, patrimonialistik ini terselubung oleh jalur prosedural.
Isu politik tersebut digunakan untuk menyerang Jokowi dan Gibran, terutama oleh pihak yang kecewa karena dengan makunya Gibran hampir pasti capres-cawapres jagoannya kehilangan dukungan Jokowi dengan gerbong organ-organ relawannya yang dikenal loyal dan militan.
Serangan itu yang mungkin merupakan ekspresi kekecewaan atau kemarahan sebenarnya sampai batas tertentu bisa dimengerti, meskipun serangan dengan isu politik dinasti itu sejauh ini tidak efektif, tidak berdampak negatif terhadap elektabilitas Prabowo-Gibran maupun tingkat kepercayaan publik terhadap Jokowi.
Sampai di titik itu bolehlah disimpulkan bahwa isu politik dinasti tidak penting bagi masyarakat Indonesia. Dalam kata lain masyarakat kita tidak keberatan dengan politik dinasti.