Piala Dunia Sepakbola U-17, Pelipur Lara Batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia. Inikah Awal Keretakan Jokowi dan PDIP?

Namun apa daya, hanya dua bulan menjelang pelaksanaan Indonesia harus menerima kenyataan pahit, FIFA membatalkan Indonesia sebagai PD U-20 yang sedianya diselenggarakan pada bulan Mei-Juni 2023. Dan sebagai gantinya Argentina ditunjuk sebagai tuan rumah.
Pembatalan oleh FIFA itu diawali dengan penolakan Gubernur Bali I Wayan Koster bagi timnas Israel yang merupakan salah satu peserta yang lolos ke PD U-20 untuk mengikuti drawing (undian) group di Bali pada bulan Maret 2023.
Berikutnya penolakan yang sama disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah (saat) itu Ganjar Pranowo dan politikus PDIP lainnya. Indonesia pun terancam, bukan hanya terancama batal menjadi tuan rumah, namun juga terancam mendapat sanksi FIFA karena olehraga memiliki logika tersendiri yang disebut “lex sportiva” yang otonom dan tak terkait dengan politik.
Tanda-tanda akan dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah PD U-20 makin menguat saat pada tanggal 26 Maret 2023 FIFA membatalkan drawing di Bali yang sedianya akan dilaksanakan pada tanggal 31 Maret.
Presiden Jokowi pun bergerak cepat dengan mengutus Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI untuk menemui Presiden FIFA mencari solusi agar Indonesia tetap menjadi tuan rumah PD U-20.
Namun apa daya, olahraga memiliki prinsip “lex sportiva” logika tersendiri yang otonom sehingga pada tanggal 29 Maret 2023 FIFA resmi membatalkan Indonesia sebagai tuan ruamah PD U-20 2023.
Meskipun mengajak untuk tidak menyalahkan siapapun pasca batalnya Indonesia menjadi tuan rumah PD U-20, nampak jelas raut muka kekecewaan mendalam Presiden Jokowi, bahkan dia sempat mengungkit tentang “City Host Commitment”, yaitu komitmen atau garansi Kepala Daerah yang menjadi tuan rumah PD U-20.
Dari kekecewaan Presiden Jokwi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan I Wayan Koster dan Ganjar Pranowo selaku Kepala Daerah dari PDI serta politikus PDIP lainnya atas penolakan terhadap timnas Israel yang berujung dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah, tak pernah dikonsultasikan kepada Jokowi selaku Presiden dan selaku penandatangan “Country Commitment”.
Berikutnya tentu hancurnya mimpi anak-anak muda Indonesia untuk tampil di PD, hancurnya mimpi rakyat Indonesia khususnya penggemar sepakbola untuk menyaksikan PD di negeri sendiri, dan yang sudah pasti sia-sianya anggaran trilyunan Rupiah untuk merivitalisasi stadion dan persiapan lainnya.


