Yoyok Sakiran, Ketua DPD BPAN LAI Jateng, Dulu Suka Menindas, Kini Getol Bantu Orang Yang Tertindas
Ayah dari tiga orang putra-putri ini mengakui, di masa mudanya sering sekali menindas dan menyusahkan orang lain, karena profesinya sebagai seorang preman di Jakarta.
“Kini saya sudah benar-benar bertaubat. Dan saya berjanji, hati, pikiran, dan tenaga saya sekarang ini, akan dicurahkan untuk membantu orang-orang kecil yang tertindas,” tutur pria yang juga menjadi Ketua Badan Anti Narkoba (BAN) Jateng ini.
Dikisahkan, Yoyok yang lahir di Desa Kedunguter, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Demak ini, seusai menamatkan pendidikannya di bangku SLTA, memulai kariernya sebagai karyawan honorer di Gudang Bulog (dulu Dolog) Pedurungan, Kota Semarang.
Namun pekerjaan itu hanya ditekuni selama tiga tahun. Karena tidak ada kejelasan untuk bisa diangkat sebagai karyawan tetap, maka dia hingkang ke Jakarta dan bekerja pada salah satu perusahaan yang menjadi rekanan Bulog. Tapi pekerjaan itu juga dilakukan hanya dalam kurun waktu selama satu tahun. Dan kembali pindah pekerjaan di salah satu perusahaan kontraktor.
Advertisement
Dunia persilatan
Baru bekerja selama enam bulan, dirinya sudah tidak kerasan dan alih profesi menjadi seorang supplier buah di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Di lingkungan baru inilah kata Yoyok, pihaknya mulai mengenal ‘dunia persilatan’ (demikian Yoyok memberikan istilah).
Nyaris setiap hari selalu beradu fisik, menganiaya orang lain dan selalu melakukan pelanggaran hukum dengan satu tujuan untuk memperoleh uang. Dunia preman benar-benar dia nikmati. Karenanya keluar masuk lembaga pemasyarakatan (LP), bukanlah hal yang aneh bagi dirinya.
Yang mengherankan lagi, meski menjadi seorang narapidana (napi) dan hidup dalam penjara, bukan berarti Yoyok Sakiran tidak memiliki penghasilan. Justru Sebaliknya, dia sangat mudah memperoleh uang. Hal ini dikarenakan posisi dirinya dalam penjara ditunjuk sebagai ketua Suku Jawa.