Arsitektur Masjid dan Menara Adalah Bagian dari Estetika Beragama

 
Rabu, 08 Apr 2020  12:43

Estetika maknanya kurang lebih keindahan, berhubungan erat dengan alat sensoris manusia untuk merespons, baik itu melalui indera penglihatan maupun pendengaran.

“Jadi arsitektur masjid dan menara itu perkara kreatifitas dalam konteks budaya, tidak menambah nilai ibadah kepada Allah secara langsung, tapi lebih untuk membuat orang merasa nyaman sehingga kemudian tertarik dan tergerak untuk datang ke masjid,” kata Ketua Umum Lembaga Aliansi Indonesia, H. Djoni Lubis, saat mengawasi progres pembangunan menara masjid Banyubiru Aliansi Indonesia di kompleks Rumah Rakyat AI.

Advertisement

Arsitektur masjid, menurut H. Djoni Lubis, berkembang dari waktu ke waktu dan berbeda-beda di tiap tempat. Begitupun dengan menara masjid yang di masa Nabi Muhammad saw belum ada.

Baca juga: Pengembangan dan Edukasi Back To Nature Berkelanjutan Oleh Perwakilan Jasa Usaha Sumut

“Menara di masjid itu baru ada jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara umum menara di Timur Tengah di jaman dulu pun bertujuan sebagai ventilasi udara di tengah cuaca panas di sana. Makanya menara-menara tradisional di sana itu selain tinggi juga terdapat lubang-lubang, fungsinya sebagai ventilasi,” jelasnya.

Ketika Islam semakin berkembang ke berbagai belahan dunia, menara seperti juga arsitektur masjid, juga berkembang dan bermacam-macam bentuk maupun fungsinya, sepertinya bermacam-macamnya budaya berbagai bangsa di muka bumi ini.

Baca juga: Aliansi Indonesia Dukung Mukti Agung Wibowo dan Munasifa Maju dalam Pilbup Pemalang

“Kalau di bumi Nusantara ini lebih berfungsi sebagai ‘tenger’ (pertanda-red) yang mudah dilihat dari kejauhan dan juga sebagai tempat mengumandangkan azan sehingga suaranya lebih mampu menjangkau ke tempat-tempat yang jauh,” imbuhnya.

Apapun fungsi dan tujuannya, arsitektur masjid dan menara kemudian tidak bisa dilepaskan dari masalah estetika.

“Estetika itu murni perkara habluminnas, hubungan sesama manusia. Kita bisa saja membuat masjid atau mushola apa adanya maupun tanpa menara, yang penting bisa dipergunakan sebagai tempat ibadah. Namun jika kita mampu membangun dengan arsitektur yang indah yang dilengkapi dengan menara yang juga indah, kenapa tidak? Kurang lebih samalah dengan berpakaian, asal bisa menutup aurat dan memenuhi standar kesehatan pakaian yang cukup sampai di situ. Namun toh kita ingin lebih, ingin pakaian kita nampak indah baik saat beribadah maupun untuk keperluan lainnya, minimal ya enak dilihat oleh sesama,” paparnya.

Baca juga: Departemen Humas AI: Membangun Kekuatan Melalui Kebersamaan

Untuk itulah H. Djoni Lubis perlu untuk mengawasi langsung proses pembangunan masjid Banyubiru dan menaranya, agar bukan sekedar memenuhi syarat sebagai tempat beribadah, namun juga memiliki nilai estetika tinggi yang akan menambah nilai syiar agama Islam.

Pada kesempatan tersebut H. Djoni Lubis mengawasi pembangungan menara didampingi oleh Sekjen LAI T. Bustamam, Bendara Umum D. Debora Irawati, Wasekjen Munasifa dan beberapa Staf DPP LAI.

Baca juga: Departemen Litbang Aliansi Indonesia

Berita Terkait