Soal Polusi Udara, Aktivis LAI akan bekerjasama dengan DLH se-Provinssi Banten
Aktivis Lembaga Aliansi Indonesia (LAI) akan bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi dan DLH se- Provinsi Banten untuk mengentasi polusi udara yang sudah masuk dalam kategori zona merah. Salah satunya wilayah Kota Tangerang Selatan yang masih masuk dalam wilayah provinsi Banten. Beberapa program yang dikerjasamakan adalah memberikan edukasi kepada masyarakat soal pembakaran sampah ilegal, melakukan survey , riset dan anlisa kebeberapa wilayah wilayah yang yang berpotensi penyebab potensi polusi udara terutama yang wilayahnya yang berbatasan dengan jakarta, termasuk polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan.terutama yang penggunaannya rutin seperti masuk jam kantor dan pulang jam kantor
"Kalau pembakaran sampah itu sebenarnya memang jumlahnya sedikit, namun kandungan kadar karbon dioksida (CO2) yang ditimbulkan hasil pembakaran sampah itu bahaya,terlebih hasil pembakaran limbah pakaian" Tegas Aktivis LAI ,Suwarman
Berdasarkan data yang dihimpun LAI yang sudah terkonfirmasikan DLH Tangerang Raya ( Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan ) kelompok rumah tangga atau masyarakat pada umumnya masih banyak melakukan kegiatan pembakaran sampah secara ilegal.
Selain adanya pembakaran sampah, gas buang dari kendaraan bermotor juga turut mempengaruhi pada tingkat polusi udara di Tangerang. Kadar konsentrasi sulfur dioksida (SO2) mengalami peningkatan terutama di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan industri dan pusat lalu lintas.
Tambahnya lagi ,“ Untuk mengurangi polusi udara yang berasal dari kendaraan kita juga akan menyambangi para stekholder terutama yang konsen pada soal soal lingkungan hidup tak terkecuali para pemangku jabartan ,agar mau mendukung mengurangi polusi yang sudah terlanjur ,untuk mengurangi pemakaian kendaraan roda empat untuk rutinitas kerjanya ” .
“ Dalam waktu dekat ini LAI akan bekerjasama dengan DLH untuk menggunakan alat pengukur yang dimiliki DLH dan akan kita akan pasang selama 12 hari diwilyah yang berpotensi dan tidak berpotensi untuk mengetahui kandungan sulfur dioksida (SO2) dan hidrogen dioksida “.Pungkasnya
Ia menyebutkan hingga saat ini kualitas udara di Tangerang Raya masih buruk karena dipicu konsentrasi polutan yang mulai naik akibat dipengaruhi masuknya musim kemarau yang menyebabkan konsentrasi partikel debu mengapung di udara meningkat. (A1)