Piala Dunia Sepakbola U-17, Pelipur Lara Batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia. Inikah Awal Keretakan Jokowi dan PDIP?
Sepakbola adalah olahraga paling populer di dunia, bahkan gelaran putaran final Piala Dunia (PD) dijuluki “The Greatest Show on Earth”, pertunjukkan terbesar di dunia bahkan lebih besar dari Olimpiade yang mempertandingan semua cabang olahraga yang diakui Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan diikuti oleh hampir seluruh negara di dunia.
Di Indonesia pun sepakbola menjadi olahraga paling digemari, sangat merakyat dan memiliki sejarah panjang. Tercatat tiga klub/perserikatan sepakbola tertua yang bahkan telah berdiri sebelum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yaitu PSM (Makasar – 1915), Persis (Solo – 1923) dan Persebaya (Surabaya – 1927). Sedangkan PSSI sendiri baru berdiri pada tahun 1930 yang waktu itu masih bernama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia.
Indonesia juga tampil di PD 1938 namun atas nama Hindia Belanda dan harus langsung angkat koper sejak pertandingan pertama melawan Hongaria. Setelah itu capaian tertinggi Indonesia adalah tampil di Olimpiade 1956.
Indonesia menjadi kekuatan sepakbola yang cukup disegani di kawasan Asia hingga awal tahun 1980-an. Namun sejak itu prestasi dan reputasi sepakbola Indonesia terus merosot, bahkan untuk menjadi juara di AFF (Asia Tenggara) di tingkat senior pun Indonesia belum pernah mampu. Sekedar meraih medali emas di Sea Games pun sudah dianggap prestasi luar biasa dan disambut gegap gempita.
Selain sejarah panjang klub-klub sepakbola, Indonesia juga dikenal memiliki basis pendukung/supporter yang dikenal sangat militan dan fanatic, sebut saja Jakmania (Jakarta), Bonek (Surabaya), Singo Edan/Aremania (Malang), Viking (Bandung), Pasopati (Solo) dan sebagainya. Meskipun prestasi sepakbola Indonesia di level internasional belum menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, dan kompetisi lokal lebih sering diwarnai skandal, kericuhan dan kekisruhan, namun militansi dan fanatisme supporter tidak pernah luntur.
Advertisement
Berbagai upaya telah ditempuh untuk mengangkat prestasi sepakbola dan menorehkan sejarah sepakbola Indonesia di kancah Internasional, dari naturalisasi pemain, penataan kompetisi hingga upaya untuk menjadi tuan rumah turnamen sepakbola Internasional.
Tak heran ketika pada Oktober 2019 Indonesia terpilih menjadi tuan rumah PD U-20 tahun 2021 dengan mengalahkan peserta lain langsung disambut dengan sukacita dan berbagai persiapan pun dikebut. Namun sayang karena adalah pandemi covid-19 PD U-20 tahun 2021 ditiadakan, namun Indonesia tetap ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggara PD U-20 berikutnya pada tahun 2023.
Terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah meski dari segi prestasi masih jauh dari layak, menunjukkan sisi lain, yaitu kuatnya kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia untuk menyelenggarakan event berskala internasional setelah sebelumnya sukses menyelenggarakan Asian Games 2018.
Singkat cerita 6 stadion dipilih oleh PSSI sebagai tempat penyelenggara pertandingan PD U-20 2023 yaitu Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion Jaka Baring (Palembang), Stadion Si Jalak Harupat (Bandung), Stadion Manahan (Solo), Stadion Gelora Bung Tomo (Surabaya) dan Stadion Kapten I Wayan Cipta (Bali). Selanjutnya adalah tugas Kementerian PUPR untuk merevitalisasi ke-enam stadion tersebut dengan anggaran trilyunan Rupiah.