Advertisement

Asal Usul Joko Budug atau R. Haryo Bangsal Beserta Jejak Petilasannya di Desa Sambirejo Sragen. Terowongan Bawah Tanah Saksi Bisu Hingga Sekarang !

Asal Usul Joko Budug atau R. Haryo Bangsal Beserta Jejak Petilasannya di Desa Sambirejo Sragen. Terowongan Bawah Tanah Saksi Bisu Hingga Sekarang !
Ketua BPAN LAI Sragen sekaligus Tokoh Media, Awi saat wisata religi di Petilasan Joko Budug Desa Sambirejo Sragen. (Dok)
SOLO RAYA
Minggu, 18 Des 2022  01:28

   

SRAGEN – Sejenak tim BPAN LAI Sragen sekaligus Tim Media AI KPK Soloraya ini melakukan penelusuran wisata religi jejak sejarah masa majapahit, perjalanan dimulai penelusuran dari pemandian air hangat bayanan menuju lereng Gunung Gamping, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen dimakam Joko Budug, Kamis malam Jum’at Kliwon beberapa waktu lalu. 

Suasana hening terasa saat tim tiba di sebuah gubuk gelap di Dusun Gamping, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Gubuk tua itu berada tak jauh dari Sendang Gampingan yang memiliki sumber mata air yang hangat.

Saat bersamaan juga ada beberapa orang datang dilokasi untuk berziarah, tim juga langsung bertemu dengan Mbah Wirotamin selaku juru kunci makam Joko Budug, lalu berbincang dan melakukan tanya jawab.

Sambil melekan ngopi bareng, Mbah Wiro sembari mencuplik sejarah masa lampau juga cerita dari beberapa sumber, bahwa sosok Joko Budug sebenarnya bernama lengkap Raden Haryo Bangsal Putra Raja dari kerajaan Majapahit dahulu. Asal-usul petilasan Ki Joko Budug sudah menjadi cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, kemudian cerita seputar disini bermula jaman dulu ketika Ki Joko Budug pergi dari kerajaan untuk bertualang.

Dikisahkan dari babad tanah Jawa dan cerita turun temurun, dahulu suatu ketika Joko Budug / R. Haryo Bangsal pergi meninggalkan dari kerajaan Majapahit, dalam perjalanan sampailah di sebuah Desa Bayem Taman, letaknya daerah Sine, Ngawi. Dalam pengembaraan Joko Budug sempat singgah di salah satu rumah wanita sebatang kara, disebutlah Mbok Rondo Dadapan namanya, disitulah sampai beberapa waktu lamanya tinggal bersama hingga dianggap seperti anaknya sendiri. 

Diketahui pada waktu itu, didekat wilayah Desa Bayem Taman pada masanya juga telah berdiri adanya sebuah Kadipaten, waktu itu disebut Kerajaan POHAN.

Diceritakan, bahwa sosok Raja POHAN penguasa kerajaan itu mempunyai hobby atau kesukaan berkebun, salah satu kegemarannya yaitu menanam pohon pisang Pupus Cinde Mas, kebetulan letak bercocok tanamnya dahulu di Gunung Liliran.

Seiringnya waktu, kala itu kebetulan musim kemarau tiba dan tempat itu pun gersan. Banyak pohon pisang Pupus Cinde Mas yang menjadi kesukaan Raja Pohan pun layu kering melanda semua tanamannya. Atas kegundahan itu, kekhawatiran akhirnya sering menyelimuti hati pikiran Raja Pohan. Sebagai sosok yang memiliki kuasa, tidak mustahil bagi Raja Pohan mengadakan suatu sayembara, yang isinya“Barang siapa yang bisa menolong mengalirkan sebuah air ke lahan pohon pisang Pupus Cinde Mas kesukaannya itu dapat tumbuh segar kembali, maka apabila yang mampu seorang laki-laki maka akan dijodohkan dengan putrinya yang cantik jelita. Kemudian apabila yang mampu seorang wanita, maka akan dijadikan oleh raja sebagai sedulur sinorowati / anak angkat."

1
2
3
4
Berikutnya
TAG:
#joko budug
#sejarah
#sragen
Berita Terkait
Rekomendasi
1
2
3
4
5
6
7
Gunung Semeru Erupsi Malam Ini
PERISTIWA | Jumat, 02 Mei 2025  23:53
Selengkapnya
Formasi Indonesia Satu
Aliansi Indonesia