Yoyok Sakiran, Ketua DPD BPAN LAI Jateng, Dulu Suka Menindas, Kini Getol Bantu Orang Yang Tertindas

Nama Yoyok Sakiran, Ketua Badan Penelitian Aset Negara – Lembaga Aliansi Indonesia (BPAN-LAI) Jateng, akhir-akhir ini sering mencuat. Bagi warga masyarakat Kota Wali, Demak khususnya, nama tersebut sudah tidak asing lagi. Begitu pula di Kota Semarang, namanya pun kian dikenal.
Siapa sebenarnya Yoyok Sakiran? Apa saja yang telah diperbuatnya?, sehingga namanya secara pelan tapi pasti, kian kesohor terutama dalam lingkungan lembaga peradilan.
Yang jelas, sosok berperawakan sedikit gemuk ini, sering tampil di lembaga peradilan, khususnya dalam penanganan kasus-kasus sengketa. Anehnya, yang ada dalam pihaknya adalah orang-orang ‘susah’ yang didzolimi oleh pihak lain.
Dia bukan seorang pengacara, karena kuliahnya di Fakultas Hukum Unissula Semarang, hingga kini belum dia tamatkan. Meskipun salah seorang putrinya, telah menyandang gelar SH. Namun dia yang anggota LAI Jateng, mampu merekrut para pengacara handal untuk bergabung dalam organisasinya dan memberikan bantuan kepada rakyat kecil yang membutuhkan perlindungan hukum.
“Dalam menangani suatu kasus, kami tidak pernah melihat besar kecilnya uang yang akan kami terima. Namun lebih mengutamakan, benar tidaknya keterlibatan orang tersebut dalam masalah yang dihadapinya. Kalau dari pengamatan kami, orang tersebut benar. Maka bukan uang lagi yang kami cari, tapi lebih terfokus pada kebenaran yang akan kami tegakkan,” tutur Yoyok Sakiran kepada Media Aliansi Indonesia.
Mantan preman
Upaya pria kelahiran Kota Demak, 27 Januari 1971 ini, memang layak diacungi jempol. Pasalnya, meskipun secara kelembagaan penanganan kasus yang biasanya berlanjut ke sidang di pengadilan sepenuhnya sudah ditangani oleh para pengacaranya, namun dirinya selalu hadir untuk memberikan support, baik kepada sang pengacara maupun kepada pihak yang dibelanya.
“Dengan begitu, orang yang kita bela merasa berbesar hati dan merasa penderitaannya ada yang menemani, sekaligus ada yang membelanya”, tutur putra dari pasangan suami istri Taslim dan ibu Sulimah (almarhumah) ini.
Hati dan perasaan Yoyok Sakiran memang selalu diutamakan untuk menghibur para kliennya. Alasannya, semua itu untuk menebus semua kesalahan dan dosa-dosa yang pernah dia lakukan sebelumnya.


