Rugikan Sejumlah Pihak, Warga Keluhkan Penataan Parkir dan Sirkulasi Pengunjung Museum Sangiran Sragen

SRAGEN – Sejumlah warga Sangiran mengeluhkan kebijakan penataan parkir dan sirkulasi pengunjung Museum Sangiran. Lantaran kondisi tersebut merugikan sejumlah pihak, termasuk pedagang dan warga sekitar yang mengandalkan halaman rumahnya untuk parkir pengunjung.
Warsono, salah seorang pemilik warung di sekitar Museum Sangiran, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe menyampaikan pemindahan parkir tersentral di terminal wisata berdampak buruk. Pengunjung lokal yang menggunakan roda dua menjadi terbebani. Alhasil peminat dari wisatawan yang menggunakan roda dua menyusut.
”Sepeda motor untuk parkir ke warga tidak diperbolehkan. Kalau bisa roda empat ke terminal, tapi kalau sepeda motor diberi kebebasan,” keluhnya.
Dia menilai imbas kebijakan ini, UMKM baik suvenir maupun warung tak bisa berkembang. Selain itu pengunjung menyusut karena pengguna sepeda motor tidak nyaman. Sudah disuruh parkir, tapi untuk ke museum harus tambah biaya naik shuttle dan naik ojek.
Tour guide lokal Sangiran, Darmadi menambahkan, dia mendapat masukan dari pengunjung terkait tamu yang datang saat ini kurang nyaman.
”Saya sering terima keluhan baik dari tamu pengunjung maupun biro travel. Kenapa parkir di museum sekelas ini kurang maksimal. Padahal ada empat klaster museum, kecenderungan tiga klaster lainnya mangkrak,” ujarnya.
Selain itu banyaknya pintu birokrasi membuat pelayanan menjadi tak maksimal. Seperti balai pelestarian dikelola kementerian pendidikan dan kebudayaan, kemudian tempat parkir lahan milik Pemprov Jateng. Sementara tiket masuk menjadi pengelolaan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Sragen.
”Karena banyaknya pintu itu, kebijakan yang berpihak pada masyarakat sekitar jadi sulit,” ujarnya.
Sekretaris Desa (Sekdes) Krikilan Aris Rustyoko menepis pernyataan tersebut adalah perwakilan masyarakat. Namun lebih pada pendapat pribadi karena merasa terdampak dari kebijakan parkir dan sirkulasi pengunjung. Dia menyampaikan warga Krikilan lainnya juga mendapatkan rezeki dengan sirkulasi saat ini. Sepeti tukang ojek dan sebagainya. ”Pendapat tersebut tidak mewakili seluruh warga Krikilan,” kilahnya.
Sementara Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran Iskandar Mulia Siregar menyampaikan terkait sirkulasi pengunjung dan penataan parkir, pihaknya tidak memungkiri banyak kepentingan. Pihaknya mencoba mengakomodasi semua kepentingan, seperti pedagang dan sebagainya.
”Kami mencoba bagaimana pengunjung bisa lebih nyaman, bisa menikmati sekitar. Kalau bisa pengunjung jajan lah sedikit, sehingga dampak ekonomi museum ini lebih banyak. Kalau ada teman yang merasa dirugikan sangat wajar. Kami tidak bisa menyenangkan semua orang,” ujarnya.
Iskandar menambahkan, pengelolaan parkir diserahkan ke pihak desa. Untuk posisi parkir, BPSMP juga tidak nyaman kalau parkir terlalu dekat dengan museum.
”Polusi juga berdampak di benda-benda yang ada di dalam,” terangnya. (ras/her)
Editor: Awi


