Harga Minyak Mulai Naik Imbas Konflik Iran-Israel

Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pesan Jokowi usai rapat terbatas soal konflik Iran-Israel
Selasa, 16 Apr 2024  15:54

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumpulkan para menterinya membahas langkah mitigasi dampak konflik global Iran-Israel. Dampak memanasnya konflik ke perekonomian menjadi salah satu menjadi pembahasan utama.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan dampak yang pertama harus diantisipasi adalah lonjakan harga minyak dunia yang terjadi. Ia menyebut, saat ini harga minyak dunia sudah mengalami kenaikan.

Advertisement

"Pada prinsipnya, deeskalasi ataupun menahan diri adalah hal yang sangat penting utamanya buat negara-negara yang terlibat di sana. Dari sisi Perekonomian kita melihat tentu ada lonjakan harga minyak imbas serangan Israel ke Iran di kedutaan Damaskus," kata Airlangga usai mengikuti rapat di Istana Negara, Selasa (16/4/2024).

Selain harga minya, dampak kenaikan harga logistik juga harus diantisipasi. Menurutnya biaya operasional pengiriman barang di Selat Hormuz dan Laut Merah berpotensi besar terdampak konflik.

Baca juga: Antisipasi Dampak Ekonomi Konflik Iran-Israel, Indonesia Siapkan Strategi

"Terutama karena Selat Hormuz (dilalui) 33 ribu kapal minyak dan Laut Merah 27 ribu. Dan peningkatan freight cost (ongkos angkut)menjadi salah satu yang harus dimitigasi," sebut Airlangga.

Menurutnya, nilai tukar dan indeks harga saham mengalami pelemahan secara global. Namun, katanya, posisi Indonesia dibandingkan peer countries (negara-negara sejawat) relatif masih dalam situasi aman.

Baca juga: SKK Migas Temukan Cadangan Migas Baru di Sumsel

Untuk itu menurutnya terapat beberapa kebijakan yang harus dilakukan. Diantaranya bauran fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga APBN, dan memonitor kenaikan logistik serta kenaikan harga minyak.

Mantan menteri perindustrian itu menjelaskan, khusus sektor riil, dampak pelemahan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap impor. Namun tentu ada efek juga terhadap eksportir yang mendapatkan devisa lebih banyak.

Meski geopolitik sedang memanas, menurutnya perekonomian Indonesia tumbuh solid di angka 5 persen. Dimana dengan angka inflasi 2,5 plus minus 1 persen.

Baca juga: BBM Naik, Presiden Jokowi: Ini Pilihan Terakhir Pemerintah

"Neraca dagang surplus, cadangan devisa masih sekitar USD136 miliar. Dari segi pasar keuangan, dollar index menguat di tengah rilis ekonomi Amerika yang menguat," ujarnya.

"Eskalasi tentu meningkatkan ketidakpastian dan tentu yang harus dimitigasi adalah beralihnya aset ke safe haven (investasi risiko rendah). Emas, USD, dan nikel alami kenaikan."

Baca juga: Presiden Masih Kalkulasi Penyesuaian Harga BBM

Berita Terkait